Sejak awal Desember 2014 yang lalu, saya merasa sangat beruntung diberi kesempatan luar biasa langka yakni menjadi peserta HR Academy. HR Academy sejatinya adalah training pelatihan yang berguna untuk mempersiapkan dan memperlengkapi karyawan-karyawan potensial di lingkungan departemen HR agar memiliki pengetahuan dan wawasan baru yang lebih luas dan lengkap mengenai dunia HR dengan segala tantangan, kesempatan dan kontribusinya bagi kemajuan organisasi perusahaan di kantor tempat saya bekerja.
Dalam waktu dekat ini HR Academy akan memasuki sesi pertemuan terakhir dan akan dilakukan Comprehensive Test dan Improvement Project. Bukan apa-apa, sebagai pribadi yang sejatinya adalah seorang Programmer Komputer dimana seharusnya sehari-hari berkutat dengan kode programming kini dihadapkan dengan dunia baru, pengetahuan baru dan pengalaman baru yang teramat bagus dan mahal yakni belajar ilmu HR.
Jujur saja, ada banyak sekali ilmu HR yang benar-benar baru saya tau atau baru bisa lebih memahami dan hal ini membuat saya begitu bergairah untuk terus belajar lebih dalam. Saya sama sekali tidak berencana untuk pindah fokus dari dunia IT ke dunia HR tapi justru sebaliknya ilmu yang didapat di HR Academy ini akan diterapkan di dunia IT, iyah…. dunia yang saya sangat kenali dan sudah ditekuni selama 20 tahun terakhir dan apa yang saya tulis disini hanyalah sebagian kecil dari apa yang telah saya pelajari di HR Academy. Harapan saja, di tulisan-tulisan saya berikutnya akan banyak mengulas lebih banyak dunia IT dilihat dari sudut pandang HR.
Standard Kompetensi HR di dunia IT
Tanpa perlu memperdebatkan definisi paling tepat tentang apa itu kompetensi, pertanyaannya begini saja, “Sebagai orang IT, apakah kemampuan IT yang anda miliki sekarang pantas anda sandang agar anda bisa disebut praktisi IT?”. Ini tentu akan menghasilkan jawaban yang berbeda-beda dari setiap orang. Oleh karena itulah HR datang dengan ilmu, alat bantu, alat ukur kompetensi untuk mengukur kompetensi kita. Secara umum, teori Kompetensi mengukur tingkat Skill (Ketrampilan), Knowledge (Pengetahuan) dan Attitude (Karakter).
Bukan rahasia lagi bahwa banyak Praktisi IT dan secara khusus Programmer Komputer yang salah dalam memahami kemampuan kompetensi mereka. Ada yang berpikir bahwa mereka sudah memiliki Skill (contoh salah satunya adalah kepintaran membuat kode program) yang baik namun faktanya, tidak/kurang memiliki Pengetahuan yang luas terhadap bidang-bidang lain yang terkait dengan skill yang dimilikinya. Contoh lainnya, ada juga Praktisi IT yang mungkin memiliki Skill dan Knowledge yang baik sayang nya tidak memiliki Attitude yang baik, tidak bisa diajak bekerja sama, tidak bisa diatur, tidak mempunyai rasa memiliki, bahkan tidak punya simpati dan empati terhadap rekan kerja dan orang lain.
Saya tidak hendak menghakimi apa dan keadaan posisi kita saat ini. Saya hanya merasa terbeban untuk berbagi dan terus-menerus mengingatkan rekan-rekan seprofesi betapa pentingnya meningkatkan kompetensi secara utuh dan bukan hanya satu atau dua saja.
Pahami ini. Skill pada dasarnya berasal dari Knowledge dan untuk meningkatkan Knowledge maka kita perlu banyak membaca, banyak mencoba, mengamati dan mungkin perlu try and error, kemudian menumpuk pengalaman demi pengalaman sehingga lama kelamaan itu akan menjadi Skill anda. Putaran Skill dan Knowledge ini bisa kita dapatkan dari berbagai sumber misalnya internet, teman, maupun orang lain.
Jangan berhenti karena proses belajar adalah proses kehidupan itu sendiri Tingkatkan standard kompetensi anda tidak hanya Skill dan Knowledge tapi Attitude dan cara anda berinteraksi dengan orang lain. Bukan apa-apa, survei membuktikan bahwa banyak programmer komputer yang gagal test kompetensi karena memiliki sifat dan kebiasaan yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan atau orang yang diajak bekerja sama.
Pada akhirnya, mari kita sama-sama mulai berpikir jernih dan sadar bahwa bertahan tidaknya kita dalam industri IT, salah satunya diukur dari tingkat Kompetensi kita. Kita semua harus unggul dalam Skill, Knowledge dan Attitude dan jika berhasil maka yakinlah bahwa keberhasilan dan keberuntungan bukan lagi sesuatu yang sulit dicapai.
Selamat berjuang kawan Programmer!
Saya ingin tanya. terkadang perusahaan selalu memberikan tes psikotes dalam proses penerimaan pegawainya, sebagai anak IT saya menjawab apa adanya dalam ujian tes tertulis psikotes itu. Namun sebenarnya bagaimana cara pandang HR dalam menilai jawaban Psikotes untuk para programmer atau praktisi IT yg mengikuti seleksi ujian perusahaan mereka baik dari sisi skill atitude dan knowledge? tks
Lha, ini om.
Kalau hardskill mungkin ada standarnya, misal : asalkan bisa buat program, paham bahsa a, bahasa b, bahasa c dst, diterima.
Nah yang agak sulit mengukur softskill, bagaimana mengetahui attitude seseorang dengan satu kali test?
Hehe… Pemikiran bagus tapi bukan itu intinya.. Attitude tidak bisa ditest dan dilihat satu kali waktu. Attitude diukur oleh waktu itu sendiri. Makanya kenapa perusahaan menerapkan probation karena alasan ini. Melihat skill, knowledge dan terutama attitude apakah sesuai dengan CV dan wawancara.. Khan ada juga yang gak lolos probation krn sifat2 jeleknya udah keliatan….
Hebat mas, saya merasa terharu