fbpx

Product vs Solution

Jika anda sering membaca tulisan-tulisan saya, apa yang akan saya tulis disini bukanlah hal yang baru karena selalu tersirat dalam paragraf-paragraf tertentu di artikel-artikel saya sebelumnya. Tapi, mari kita bahas artikel ini lebih dalam.

Berangkat dari pengalaman saya bertahun-tahun di dunia IT dan merasakan manis pahitnya mengerjakan proyek-proyek IT baik besar maupun kecil saya akhirnya mengambil kesimpulan bahwa menjadi orang IT sebetulnya hanya akan menghasilkan dua hal, product dan solution.

Industri di dunia IT memang menghasilkan praktisi-praktisi IT yang unik. Ada ‘orang IT’ yang membuat produk teknologi terutama software hanya untuk sekedar hobby, ada juga yang memanfaatkan keahlian IT-nya untuk meraup duit sebanyak-banyaknya. Ada yang bekerja sendiri, ada yang bekerja bersama membentuk startup/perusahaan baru, ada juga yang berkarir dalam perusahaan.

Dari beragam latar belakang inilah akhirnya kaum praktisi IT ini menghasilkan sesuatu dari dalam diri mereka yang saya bagi menjadi “Product” dan “Solution”.  Perbedaan paling nyata dari dua hal ini adalah praktisi IT yang menghasilkan “Product” adalah Praktisi IT yang tidak terlalu mementingkan (atau justru tidak memahami) aspek sosial dari Product yang dia buat. Sedangkan praktisi IT yang menghasilkan “Solutions” adalah Praktisi IT yang mementingkan aspek sosial, hingga dia memastikan produk berbasis teknologi yang dibuat benar-benar berguna bagi orang yang menggunakannya.

Untuk memperjelas maksud diatas, saya berikan dalam bentuk contoh-contoh. Pendiri Google, Facebook, Amazon, Go-Jek, Tiket.Com adalah contoh praktisi IT yang mengedepan Solusi dimana mereka berpikir keras bagaimana suatu produk dapat digunakan dengan mudah, baik dan bermanfaat besar bagi penggunanya. Berbicara mengenai “Solutions” itu artinya menggunakan semua resource yang ada demi menjamin suatu layanan sesuai dengan harapan pengguna akhirnya. Di level Solutions, Software, Hardware, Network yang digunakan adalah Teknologi yang sesuai, tepat guna dan kapasitas yang memadai. Aspek sosial, kemudahan pemakaian, (terkadang) murah adalah hal-hal yang benar-benar sudah dipikirkan matang-matang untuk menjamin produk bener-benar mendatangkan manfaat bagi penggunanya.

Di sini lainnya, mari kita liat contoh dari praktisi IT yang mengedepankan “Product”. Praktisi yang masuk golongan ini adalah praktisi yang membuat produk berbasis teknologi hanya untuk memenuhi hasrat dia kuat terhadap teknologi. Senang membuat produk yang berfungsi sesuai harapan si pembuat tanpa peduli dan ambil pusing apakah orang lain mau menggunakannya atau tidak. Terkadang mereka disebut seniman IT.

Namun celakanya, ada sebagian dari golongan ini yang masih membawa pemahaman ini ke dunia komersial. Yang bersangkutan membuat produk yang menurut dia super canggih, lengkap, bahakan menggunakan teknologi dan tools terbaru lalu mengganggap semua orang sepintar dirinya jadi pasti bisa memanfaatkan produk itu dengan mudah.

Ini adalah kesalahan klasik banyak Praktisi IT yang membuat aplikasi atau layanan hanya karena kepentingan idealisme si pembuat. Mereka lupa (atau tidak peduli) bahwa suatu produk IT semestinya menghasilkan “Solutions” bagi orang lain yang ditargetkan untuk menggunakan layanan atau produk IT tersebut.

Mulai saat ini, mari rubah paradigma kita melihat sebuah produk IT. Sebuah produk IT yang canggih sekalipun tidak akan berguna kita tidak dibuat dalam sudut pandang “Solutions”. Cepat atau lambat Produk yang tidak berbasis Solution akan mati dengan sendirinya. Tapi jika membangun produk berbasis Solusi maka produk itu memiliki sustainability yang tinggi karena bermanfaat bagi pengguna dan digunakan terus menerus.

Sebuah solusi IT yang terbaik tentu dibangun dari software dan hardware terbaik. Tapi jangan pernah berpikir dan menukar prioritas dengan mengedepankan teknologi hardware dan software keren lalu mengabaikan solution. Solution jelas memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sekedar Teknologi yang keren. Jadi, wajib bagi kita men”Solution”-kan dahulu masalah-masalah yang dihadapi pengguna akhir/customer baru kita bicara soal Teknologi yang keren, tools yang keren, hardware yang keren.

Adalah baik membuat produk dengan teknologi terbaik, tapi adalah terbaik mengedepankan solusi baru teknologi. Ingatlah fakta ini, ada lebih banyak pengguna akhir yang tidak mementingkan teknologi dibuat menggunakan apa, bagi mereka yang penting bermanfaat.

BERSAMA!! BERKARYA!! BERJAYA!!

 

 

 

 

5 thoughts on “Product vs Solution

  1. Wah bener banget om …solution sangat penting
    saya pernah terjebak di product, saya membuat sesuatu yang menurut saya keren buatnya agak susah dan makan waktu, tapi ternyata di user kurang begitu dipakai dan kurang efektif…akhirnya di situ saya menyadari yang penting bukan teknologinya bukan keren menurut kitanya tapi bagaimana sistem itu efektif buat user , itu aja…
    btw nice om tulisan di atas agak ‘menampar’ paradigma saya

    Thanks a lot om peter

  2. Tulisan yang menarik.
    Ketika menawarkan “Solutions”, hardware & software hanyalah “Tools” alias salah satu perkakas untuk menunjang solution yg di tawarkan. Banyak yang berkutat dan berdebat di sisi Tools tentang baik buruk satu tools dengan tools yang lain, berdebat mana yg lebih canggh dah superior.. meskipun dari sisi client banyak yang berpendapat “WTF with your technology” karena yang terpenting apapun toolsnya, yg penting masalah mereka teratasi dengan solutions yg kita tawarkan.

Leave a Comment